Jumat, 29 Agustus 2008

Semangat Sambut Ramadhan

Tujuh Semangat Ramadhan

Kalau ibadah begitu luas dan menyeluruh di hari-hari biasa, bagaimana jika ibadah itu dilaksanakan pada hari-hari yang mulia, mahal dan istimewa. Adalah hari-hari di bulan Ramadhan. Tentu kebaikan dan kemuliaannya jangan sampai sia-sia. Di sinilah dibutuhkan semangat menggelora dan kesungguhan sebenarnya.

Paling tidak ada tujuh semangat guna menyambut Ramadhan:

Pertama, meninggalkan dosa dan maksiat. Karena perbuatan ini melemahkan semangat dan melumpuhkan tekad. Imam Syafi’i pernah mengadu pada gurunya:
Ku mengadu pada Waki’ (nama gurunya) soal hafalanku yang jelek
Ia menyarankanku untuk meninggalkan maksiat
Ia berkata, ketahuilah bahwa ilmu adalah cahaya
Dan cahaya Allah tidak akan diberikan pada pelaku maksiat

Kedua, berteman dengan orang yang mempunyai semangat tinggi dan kesungguhan berlebih. Rasulullah saw. bersabda,
“Seseorang tergantung agama temannya. Oleh karena itu hendaknya ia melihat siapa temannya.” Disahihkan Al Albani.
Menjadikan mereka sebagai teman karena Allah adalah ibadah. Cukuplah sebagai contoh, seekor anjing yang juga akhirnya dimuliakan gara-gara dia menemani orang-orang pilihan.

Ketiga, yakin dengan kemampuan diri sendiri. Karena Allah swt. yang menentukan kapasitas dan potensi masing-masing, sehingga manusia menjadi dirinya sendiri. Bagaimana tidak meledakkan kekuatan dalam diri sendiri, padahal alam maya pada ini ditundukkan untuk manusia. Manusia menguasinya.

Keempat, memperbanyak membaca keutamaan bulan agung ini. Membaca janji Allah swt. bagi shaaimin, qaaimin dan dzaakirin.

Kelima, mengenal kondisi salafus shalih dalam bulan Ramadhan. Bagaimana mereka menyambut Ramadhan. Bagaimana mereka memperlakukan dan Ramadhan dalam kehidupan mereka.

Keenam, menuliskan target yang ingin dicapai di bulan Ramadhan. Contohnya, berapa mengkhatamkan Al Qur’an, bersedekah, memberi makan untuk berbuka.

Ketujuh, menulis program kerja di sisa bulan Sya’ban ini. Program ibadah yang bertahap, sederhana, meningkat dan meningkat, sehingga menjadikan anggota tubuh sudah terbiasa dengan ibadah Ramadhan.

(diadaptasi dari www.dakwatuna.com tulisan Ust. Ulis Tofa, Lc)

Tidak ada komentar: